From Bandung with Love

24 Mar
From Bandung with Love

From Bandung with Love

Karna judulnya garing, saya agak pesimis waktu masuk ke bioskop yang muter film ini. Tapi klo dipikir-pikir, film Indonesia jaman sekarang kan emang kebanyakan judulnya garing, jadi ngga keluar pakem juga, hehehe.

Film dibuka dengan adegan penyiar Radio 99ers Bandung bernama Vega yang lagi bawain acara From Bandung with Love (FBL), program mingguan yang ngebahas cinta. Minggu itu temanya Hubungan dengan Mantan Pacar, dan kayak siaran radio beneran, Vega juga menerima curhat-an dari pendengarnya lewat telpon.

Pulangnya, seperti biasa Vega dijemput oleh Dion, teman kuliah cum pacarnya yang baiiik banget *duh*. Sampe rumah, Vega terima telpon dari Wulan, sahabatnya, yang tersedu-sedu di ujung sana karna pacarnya selingkuh sama teman kostnya sendiri. Habis itu tercetuslah ide di benak Vega buat mengusung tema Kesetiaan untuk sesi FBL berikutnya.

Karna dedikasi sama kerjaannya, Vega selalu melakukan riset dulu sebelum siaran. Dion yang tau rencana tema FBL minggu depan mempertanyakan niat Vega, karna soal selingkuh dan kesetiaan adalah tema yang sensitif, dan ngga semua orang mau bicara terbuka tentang pengalaman hidup yang satu itu. Vega tetap optimis sama temanya dan berusaha cari cara untuk riset.

Selain kuliah dan siaran, Vega juga kerja lepas di perusahaan periklanan Dolphin sebagai copywriter. Untuk proyek terakhir, bosnya masangin dia sama Ryan, creative director yang dikenal playboy dan sering makan korban, termasuk cewek-cewek di Dolphin (cuma 2 orang selain Vega). Sel-sel kelabu di otak Vega langsung bekerja *Hercule Poirot kaleee*, dan Vega bertekad ngejadiin Ryan sebagai obyek risetnya.

Awalnya Vega yang mancing, ngajak Ryan ngopi-ngopi sambil ngomongin kerjaan. Ryan yang bisa baca gelagat, besoknya ngga malu-malu lagi ngajak Vega makan malam. Karna kedekatan mereka, Vega lama-lama naksir beneran sama Ryan. Teganya, waktu Dion jemput ke kantor, Vega ngaku ke Ryan bahwa Dion adalah temen kuliahnya, period. Waktu Vega ditanya sama Dion, apa Ryan adalah cowok playboy yang mau dijadiin obyek risetnya (Vega udah cerita ke Dion soal rencananya), Vega malah mengelak.

In the end, siapakah yang akhirnya Vega pilih?

Saya yang pesimis di awal, mau ngga mau harus tersenyum kecil waktu keluar dari ruang bioskop. Ceritanya sederhana dan gampang ditebak, tapi saya cukup terhibur. Meski akting pemainnya pas-pasan, chemistry-nya kurang kuat antara tokoh Vega dan Ryan, tokoh Dion yang terlalu *lemah*, aksen Sunda yang tipiiis banget dari keseluruhan pemain, tapi endingnya bagus! Hehehe, saya bukan pecinta film happy-ending-tapi-maksa, jadi buat yang satu ini pasti agak bias. Yang agak mengganggu ya itu, ngapain jauh-jauh dibikin di Bandung dan dikasih judul From Bandung with Love, klo atmosfir Bandungnya hampir ngga terasa (kecuali tulisan Universitas Katolik Parahyangan segede gaban di salah satu adegan).

Simpulannya saya puas. Ngga masuk kategori must-see sih, tapi lumayan lah daripada Kuntilanak 3 :p

Foto diambil dari hxxp://www.21cineplex.com/images/film/film18281.jpg

6 Responses to “From Bandung with Love”

  1. Bayu Amus 24 March, 2008 at 7:39 pm #

    nekad ditonton juga tu pilem? ck ck ck

    Like

  2. montie manies 24 March, 2008 at 10:54 pm #

    hahahahahaha… elo 'mang tega bgds, masa dibandinginnya sama Kuntilanak.. yg lebih mutu geto napa misalnya sama '40 Hari Bangkitnya Pocong'…

    Like

  3. Adinda Erisyanita 25 March, 2008 at 5:13 pm #

    ada yang penasaran sama endingnya kang
    eeeeh ternyata begitu-begitu juga, di akhir film pake ada adegan tangan merayap pelan-pelan dari pinggir air terjun *iye, ini spoiler, SWGL! :p*

    Like

  4. Adinda Erisyanita 25 March, 2008 at 5:14 pm #

    sekalian aja sama Tali Pocong Perawan *senep kan lo baca judulnya? :p*

    Like

  5. Bayu Amus 28 March, 2008 at 7:24 pm #

    “Babi Ngepet” mo direview juga? Baru maen tuh =D

    Gilaaa… kirain new wave new idea gitu… ternyata kalo yang maennya para muka lama, paradigma pemikirannya gak bisa rubah…. bingung gw…

    Like

  6. Adinda Erisyanita 31 March, 2008 at 1:38 pm #

    Dari sini:
    Menurut Dheeraj, kegiatan syuting berlangsung selama lebih kurang 30 hari, mulai Januari 2008 hingga awal Februari 2008 (bukan seperti yang dilaporkan sebelumnya Januari 2007 hingga awal Januari 2008).

    “Cuaca hujan membuat kegiatan syuting yang dijadwalkan hanya 14 hari menjadi molor,” katanya.

    Jadwal syuting 14 hari?
    Klo judulnya bukan Before Sunset mah mending pass aja deh :p

    Like

Leave a comment